19 Februari 2014
Otak merupakan bagian paling penting yang membutuhkan relatif banyak energi - yang diperoleh dari nutrisi- dibanding bagian tubuh yang lain. Fungsi otak tergantung pada banyaknya sel otak dan percabangannya, banyaknya neurotransmitter atau zat yang mengaktifkan synaps (hubungan antar sel syaraf), dan kualitas mielin atau selubung sel syaraf. Kurangnya fungsi otak dapat terjadi karena kekurangan nutrisi sejak janin, kebiasaan buruk (merokok, tidur berlebih, tidak sarapan, makan berlebih, polusi, dan jarang berfikir), stres dan sakit (misalnya panas tinggi).
Perkembangan struktur dan sirkuit otak yang merupakan faktor kecerdasan dimulai sejak janin dan selanjutnya kecerdasan dipengaruhi dua faktor yang saling terkait, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Hasil penelitian Landshears (2004) menyebutkan perkembangan kognitif pada remaja 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak usia 0-4 tahun (50%), 4-8 tahun (30%) dan 9-17 tahun (20%). Oleh karena itu untuk mengembangkan kecerdasan memerlukan paling tidak tiga hal pokok yang harus diberikan secara bersamaan sejak janin, yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biologis.
Diperoleh dari intake makanan yang cukup untuk mendukung perkembangan otak, menunjang ketrampilan fisik, dan membentengi diri dari penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan.
Intake makanan inilah yang dimaksud nutrisi pengungkit otak, yaitu pemenuhan nutrisi sejak masa kehamilan untuk melejitkan potensi kecerdasan anak.
2. Kebutuhan emosi.
Pemenuhan kebutuhan ini sangat penting untuk membentuk kecerdasan emosi anak, misalnya dekapan, rabaan, pandangan, dan komunikasi yang dilakukan ibu selama menyusui merupakan stimulasi emosional dan kognitif yang memicu pembentukan percabangan sel syaraf otak ke arah emosi positif.
3. Kebutuhan Stimulasi
Rangsangan yang konsisten melalui latihan sistem sensorik dan motorik anak, termasuk pendidikan formal di sekolah maupun di rumah oleh orang tua. Stimulasi dapat dilakukan kapan saja ketika bermain, mandi, jalan-jalan, ganti baju, menonton pertunjukan atau televisi dan sebagainya. ( Kemenkes RI, 2013)
Brain Booster pada saat kehamilan bisa dilakukan sejak bayi berusia 20 minggu didalam kandungan melalui mendengarkan musik klasik, pelaksanaannya dilakukan pada pukul 20.00 s.d 22.00 maksimal satu jam pada malam hari. Ibu hamil dapat melakukannya sembari bekerja, menonton dan berktivitas lainnya. Pastikan kondisi pikiran ibu dalam keadaan relaks. Pelaksaan kegiatan ini harus rutin dilakukan setiap hari guna menghasilkan hasil yang optimal.
Berikut Foto Ibu Hamil di Sidorejo yang mendapatkan Brain Booster :
Repost Kementerian Kesehatan sediakan layanan registrasi…
5 Prioritas Bidang Kesehatan dalam…
Tema kesehatan menjadi satu dari tiga tema besar…
Cuci Tangan Pakai Sabun Cegah…
Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan…
KENALI GEJALA AWAL TERINFEKSI…
Pandemi virus corona yang telah dinyatakan WHO…
Rancangan Strategis Kemenkes 2020-2024
Pertemuan Penguatan Program Kesehatan Pusat dan…
Sosialisasi Ke Masyarakat bersama Mitra Kementerian…
Pelantikan DPC Bogor ini merupakan pengabungan…
Pada Tanggal 24 November 2021 dilaksanakannya kegiatan…
Pada Tanggal 18 November Dewan Pengurus…
Pada tanggal 10 November 2021 pelantikan…